top of page

SHARED Perdana: Sharing Hub for Sustainable & Resilient Development

Roemah Inspirit berkolaborasi dengan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk mengembangkan sebuah forum bertukar pandangan yang diberi nama SHARED (Sharing Hub for Sustainable & Resilient Development). Forum ini diharapkan akan menjadi katalis terbentuknya beragam bentuk kerjasama antar akademisi dan para penggerak perubahan di tingkat akar rumput.

SHARED mendorong ruang percakapan yang terbuka dan saling membangun bagi akademisi dan praktisi, baik dari pihak organisasi masyarakat sipil maupun komunitas. Harapan inisiatif ini agar semakin banyak pihak yang ikut serta dalam pembangunan ekonomi khususnya ekonomi di tingkat komunitas. Tujuannya agar saling memperkuat kerja masing-masing, meluruskan persepsi dan kesalahpahaman, serta membuka peluang kolaborasi untuk memperluas dampak ekonomi komunitas yang lebih berdaya.



Mitra SHARED Sesi Perdana

SHARED sesi perdana diselenggarakan di Pertamina Tower, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (FEB UGM). Bapak Rimawan Pradiptyo dari FEB UGM dan Ibu Budhita Kismadi dari Roemah Inspirit bertindak sebagai pemandu acara.


Untuk sesi perdana SHARED, #RoemahInspirit bersama para mitra yang terlibat menyetujui “Ekonomi Komunitas” sebagai topik untuk dieksplorasi bersama. Sahabat kami, Laili Khairnur dan Devi Anggraini turut hadir untuk menyampaikan cerita-ceritanya selama bergerak untuk pemajuan Ekonomi Komunitas.


Laili pernah menjadi dosen di Universitas Muhammadiyah Pontianak. Ia bergabung di Gemawan pada 2000 dan di 2004 Laili membuat Divisi Perempuan. Salah satu aktivitas yang dilakukan Lembaga GEMAWAN di Sintang, Kalimantan Barat, beras hitam yang diproduksi petani perempuan, kini sudah menjadi komoditi prioritas Pemerintah Daerah. Gemawan memperjuangkan kehidupan perempuan di pedesaan. Banyak di antaranya yang menjadi penggerak pembangunan di desa.


Devi Anggraini menjadi pendamping masyarakat adat Talang Mamak di Kongres AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara) tahun 1999. Sejak itu, ia mendirikan AMAR (Aliansi Masyarakat Adat Riau) dan terus terlibat hingga sekarang. Pada Temu Nasional II, Devi terpilih sebagai Ketua Umum Persekutuan Perempuan Adat Nusantara Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (PEREMPUAN AMAN) periode 2015- 2020. Devi memiliki gagasan bahwa ekonomi yang berkembang pada tingkat kampung/komunitas adalah bangunan kebudayaan dan peradaban bangsa.


SHARED perdana juga ikut dihadiri oleh beberapa pengamat, antara lain:

  • Gumilang Aryo S (FEB UGM)

  • Evi Noor Afifah (FEB UGM)

  • Eny S (FEB UGM)

  • Dani Wahyu Munggoro (Roemah Inspirit)

  • Andreas S (SHEEP)

  • Ester Meryana (Development Dialogue Asia)

  • Claudia Rosari Dewi (Nalar Institute)

Gagasan Kunci

  1. Ekonomi komunitas merupakan bentuk-bentuk usaha yang dikembangkan komunitas untuk dapat menghasilkan sesuatu berdasarkan potensi yang ada di wilayah tersebut, baik itu berupa bahan baku, keterampilan, maupun latar belakang kebudayaannya. Praktik ini umumnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan di dalam komunitas tersebut terlebih dahulu.

  2. Contoh praktik ekonomi di tingkat komunitas dari Gemawan mengenai komunitas yang mengembangkan produk berbahan baku dari alam yang dapat memasuki pasar lokal. Juga mengenai proses pembuatan tenun, dimana diperlukan sebuah kolaborasi antar desa untuk memproduksi sebuah kain yang utuh. Ada desa yang berperan memasok pewarna alam tenun dan ada desa yang menjadi pengrajin tenun tersebut.

  3. Contoh praktik ekonomi komunitas dari PEREMPUAN AMAN adalah konsep makan dari tangan sendiri atau makan dari wilayah adat mereka sendiri. Kebutuhan hidup masyarakat di tingkat komunitas dapat tercukupi tanpa terjebak dengan alat tukar uang. Ekonomi tidak hanya dapat dilihat dari alat tukar uang, karena sumber daya lain juga dapat menguatkan ekonomi komunitas, misalnya hasil alam dan juga pengetahuan.

  4. Kegiatan ekonomi komunitas menjadi pintu masuk organisasi masyarakat sipil dan akademisi mendalami konsep kesejahteraan komunitas, sambil berupaya memahami struktur dan relasi yang masih timpang dalam praktiknya.

  5. Para akademisi dan CSO perlu memperluas pemahaman tentang apa itu ekonomi. Salah satu pertanyaannya adalah apakah ekonomi hanya soal uang dan materi? Padahal ada aspek-aspek di luar uang dan materi seperti keanekaragaman hayati, kebudayaan, eksistensi masyarakat adat, dan sebagainya.

  6. Adanya perbedaan pemahaman mengenai standar kesejahteraan yang dipegang oleh komunitas lokal dan masyarakat adat dengan pemahaman kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Hal ini menyebabkan seringkali resiliensi subsistensi masyarakat tidak terdeteksi dengan baik menggunakan alat ukur ekonomi berbasis penghasilan uang.

  7. Makna sumber daya diperluas tidak hanya soal modal dan materi, tetapi juga waktu, niat baik, dan lainnya.

  8. Para ekonom Indonesia perlu memiliki teori ekonomi sendiri sesuai dengan konteks Indonesia.

  9. Kolaborasi antara akademisi dan CSO akan membantu kerja akar rumput mendorong perputaran ekonomi lokal mendapat legitimasi akademik dan kerja-kerja akademisi mendapatkan legitimasi empiris dari praktik-praktik ekonomi komunitas telah berjalan.



32 views0 comments

Comentarios


Los comentarios se han desactivado.
bottom of page