top of page
Writer's pictureRoemah Inspirit

Oleh-Oleh Berjejaring di Afrika Selatan

Pada akhir Februari hingga awal bulan Maret lalu, Roemah Inspirit bersama dengan dua lembaga lain dari Indonesia–PLUS dan KEHATI–mendapat kesempatan pergi ke Cape Town, Afrika Selatan untuk menghadiri pertemuan luring perdana dari inisiatif global Weaving Resilience. Inisiatif ini bertujuan memperkuat dan menghubungkan organisasi serta gerakan masyarakat sipil dari belahan dunia Selatan. Berlandaskan pada tiga pilar dukungan; Institutional Resilience (Ketahanan Lembaga), Strategic Relevance (Relevansi Strategis), dan Holistic Well-Being (Kesejahteraan Holistik), Weaving Resilience mengumpulkan 34 lembaga dari belahan Selatan dunia untuk saling mengenal dan mendalami kerja satu sama lain.




Kesan bahwa pertemuan tidak biasa-biasa saja sudah muncul sejak jam pertama pertemuan ini dilangsungkan. Roemah Inspirit memimpin proses perkenalan awal menggunakan kartu-kartu pertanyaan yang diceritakan dalam kelompok kecil berisi dua, empat, dan enam orang. Metode perkenalan selanjutnya yang difasilitasi Pretahub dari Brazil menggunakan metode River of Life. Metode ini menarik semua peserta merefleksikan dan berbagi cerita perjalanan hidupnya sebagai aktivis dan perjalanan organisasi dalam merintis inisiatif Weaving Resilience di negara masing-masing. Perkenalan membantu melunturkan sekat-sekat dan menjadi fondasi untuk interaksi dan diskusi yang terjadi setelahnya.


Banyak lembaga-lembaga peserta yang menghadapi tantangan serupa dengan organisasi masyarakat sipil di Indonesia. Antara lain menyangkut aksesibilitas, bagaimana isu yang dibawa dapat mencapai audiens yang lebih luas. Rintangan lain termasuk menyeimbangkan antara supply (ketersediaan tenaga) dengan demand (permintaan dari ratusan lembaga) yang ada, serta sistem pembelajaran yang didapat dari hasil monitoring dan evaluasi yang masih belum ajeg. Keseluruhan lembaga yang hadir pada acara ini juga menyetujui bahwa kolaborasi bukanlah perihal mudah. Selagi hal itu menjadi kunci keberhasilan sebuah gerakan, kolaborasi memerlukan sumber daya yang mumpuni, kesamaan nilai dan visi, serta kesediaan bersikap terbuka.


Pada hari kedua peserta diajak untuk lebih mendalami akar permasalahan yang dihadapi organisasi mitra yang didampingi di negara masing-masing. Melalui sesi ‘Problem & Solution Tree’, dalam kelompok peserta diminta mendiskusikan rintangan resiliensi organisasi dan gerakan masyarakat sipil yang ditemui. . Melalui pemetaan masalah itu, setiap kelompok diajak untuk merumuskan solusi yang dirasa sesuai. Dalam ranah digital safety misalnya, masalah yang ditemukan antara lain adalah minimnya sumber daya manusia. Membangun jejaring dengan generasi muda yang cenderung lebih melek teknologi dilihat sebagai salah satu penyelesaian dari masalah ini.




Di sisi lain, masalah komunikasi seperti narasi negatif yang terlalu kuat membuat penyampaian isu menjadi sulit dilakukan. Sebagai solusi, diperkenalkanlah konsep hope-based communication yang berupaya menyoroti kegiatan aktivisme dalam konteks yang lebih positif. Dengan begitu, publik bisa lebih terbuka dan antusias terhadap inisiatif solusi yang berusaha dilakukan lembaga. Dalam diskusi sektor learning, monitoring, dan evaluasi, peserta kelompok sepakat bahwa akar masalah perbaikan organisasi bukanlah dalam hal metode, namun perencanaan dan eksekusi perencanaan strategis yang seringkali dibarengi oleh kepemimpinan setengah hati, tiadanya visi perubahan, dan rasa memiliki yang lemah dari penggerak organisasi.


Di hari terakhir, fasilitator membantu peserta membayangkan bentuk jejaring yang diperlukan untuk mencapai visi ekosistem masyarakat sipil global. Dalam kesempatan tersebut, seluruh peserta diminta membayangkan kondisi masyarakat sipil, komunitas donor, serta lingkungan kerja yang ideal bagi mereka. Didapatkan visi ekosistem masyarakat sipil global yang saling terhubung, bersolidaritas tinggi, resilient, berdampak, kritis, juga berpihak, didukung komunitas donor yang fleksibel dalam mendukung keberlanjutan organisasi masyarakat sipil. Setelahnya, peserta memvisualisasikan jejaring atau keterhubungan hub global yang ideal untuk mendukung terwujudnya visi tersebut.





Lepas pertemuan resmi dengan seluruh lembaga, tim Roemah Inspirit melanjutkan kegiatan berjejaring di akhir minggu sambil menikmati alam dan fasilitas publik yang tersedia di Cape Town. Kami mengunjungi Watershed, area gudang pelabuhan yang dihidupkan kembali menjadi Creative Hub tempat berkumpulnya energi-energi kreatif kota mulai dari musik, makanan, ruang temu, hingga produk-produk gaya hidup khas Afrika Selatan. Kegiatan berjejaring kami di area pelabuhan bernama Waterfront menunjukkan pentingnya upaya-upaya menghidupkan organisasi dan gerakan. Dari pengalaman yang kami dengarkan terkait sejarah apartheid, keinginan menciptakan perubahan tak dapat hadir dari keterpaksaan, ia harus tumbuh secara organik melalui keterlibatan langsung para pihak yang terdampak. Sementara jendela yang berputar pada cable car yang kami tumpangi dalam perjalanan menuju puncak Table Mountain membuat kami merenungkan konsep keadilan; bagaimana keadilan seutuhnya hanya dapat dicapai ketika kesetaraan akses itu berhasil bebas bias.


Inspirasi juga lahir melalui hal-hal kecil yang tak kasat mata. Seperti misalnya instruksi untuk anak yang ada selama perjalanan bus. Terasa sederhana, namun justru dalam kesederhanaannya informasi yang disampaikan menjadi lebih mudah dipahami dan menyenangkan. Lalu yang terakhir, siapa sangka pelajaran tentang pemasaran justru bisa didapatkan dari koloni Penguin Afrika dari Kutub Selatan? Pemasaran spesies penguin ini begitu kuat mulai dari informasi wisata, merchandise, hingga maskot. Cerita asal (origin story) dari penguin ini juga dibangun sedemikian rupa, memberi kita kursus tentang proses jenama hulu hingga hilir yang sangat menarik.


Bisa dikatakan, waktu kami di Cape Town menjadi satu petualangan yang seru dan bermakna. Kami disegarkan kembali dengan interaksi menyimak pengalaman organisasi serupa dari belahan dunia selatan. Sekembalinya di Indonesia, beberapa ide dari kunjungan tersebut juga mulai kami tuangkan dalam beberapa metode lokakarya dan kegiatan yang kami sedang persiapkan di Mei dan Juni mendatang. Terima kasih sudah menyimak cerita perajalanan kami!


29 views0 comments

Comments


bottom of page